Categories: Feature

Warisan Api: Tradisi Bakar Kayu Kuok III Koto

Pernahkah Kamu membayangkan memasak dengan kayu bakar di tengah zaman serba instan? Di sebuah desa terpencil di Sumatera Barat, kebiasaan ini masih sangat lumrah. Pak Majo, seorang warga setempat, setiap hari melakukan ritual mencari kayu bakar untuk memasak. Baginya, memasak dengan kayu bakar bukan sekadar memenuhi kebutuhan, tetapi juga sebuah kenikmatan tersendiri.

Tradisi yang Tetap Hidup

Meski kini namanya zaman modernisasi, bukan berarti kayu bakar sudah tak dibutuhkan lagi di nagari-nagari di Minangkabau. Meski ekonomi terkadang naik dan sering turun di Jorong kami, serta gas elpiji sudah menjadi kebutuhan primer sekarang, namun keberadaan kayu bakar tetap penting. Seperti yang diamini oleh Pak Majo, seorang warga Jorong Kuok III Koto, Nagari Matua Mudiak, Kec. Matur, Kab. Agam, Sumatera Barat.

Pak Majo: Petani Ulet dan Pencari Kayu Bakar

Pak Majo adalah seorang petani ulet. Selain bekerja di sawah, beliau rajin juga mengurusi ladangnya. Selain bertani dan berkebun, beliau juga mencari kayu bakar untuk keperluan memasak. Eit, tapi jangan salah sangka kalau di Jorong kami belum ada orang pakai gas elpiji atau kompor gas ya. Kami di Jorong sudah menggunakan kompor gas elpiji. Namun kebutuhan akan kayu bakar juga masih tinggi, karena sudah kebiasaan sejak turun temurun kami memasak menggunakan kayu bakar.

Kenikmatan Memasak dengan Kayu Bakar

Kata ibu-ibu di Jorong kami, memasak menggunakan kayu bakar justru akan membuat makanan lebih enak ketimbang pakai gas elpiji. Kalau nggak percaya, kalian coba deh! Pak Majo dalam mencari kayu bakar tak asal menebang tumbuhan yang ada di kebunnya. Beliau cenderung memilih kayu-kayu kering yang sudah mati, untuk kemudian dibawa pulang untuk jadi kayu bakar.

Perjalanan Mencari Kayu Bakar

Seperti sore itu, Pak Majo meluangkan waktunya untuk pergi ke hutan kecil dekat Jorong kami untuk mencari kayu bakar. Berteman di sekelilingnya rumput dan tumbuhan segar menghijau, Pak Majo dengan tenang memilih dahan-dahan kayu mati yang telah jatuh dari pokok batangnya. Dengan tenang dia memisah mana yang dibawa nantinya.

Dengan parang yang telah diasah tajam, Pak Majo pun memotong batang-batang kayu kecil yang sudah mati agar mudah dibawa pulang. Pak Majo kemudian mengikat kayu-kayu itu dengan tali dari akar-akar pohon yang ada di sekitarnya. Cukup banyak juga hasilnya sore itu. Dengan senyum senang ia pun melangkah pulang, agar istrinya dapat memasak untuk makan malam nanti.

Kebiasaan yang Menjadi Tradisi

Kebiasaan menggunakan kayu bakar ini ternyata sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Jorong Kuok III Koto. Mereka percaya, dengan memasak menggunakan kayu bakar, makanan yang dihasilkan akan lebih lezat dan memiliki aroma yang khas. Selain itu, kebiasaan ini juga menjadi salah satu cara untuk menjaga tradisi dan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Selain memberikan kenikmatan dalam memasak, penggunaan kayu bakar juga memiliki manfaat ekonomi dan lingkungan. Dengan memanfaatkan kayu-kayu kering yang sudah mati, masyarakat Jorong Kuok III Koto dapat mengurangi biaya untuk membeli gas elpiji. Selain itu, penggunaan kayu bakar juga membantu mengurangi limbah kayu yang ada di sekitar mereka.

Harapan untuk Masa Depan

Masyarakat Jorong Kuok III Koto memiliki harapan besar untuk masa depan. Mereka berharap, dengan terus menjaga tradisi menggunakan kayu bakar, mereka dapat melestarikan budaya dan warisan nenek moyang mereka. Selain itu, mereka juga berharap dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup mereka melalui kegiatan bertani dan berkebun.

Kisah Pak Majo dan masyarakat Jorong Kuok III Koto adalah contoh nyata bagaimana tradisi dan budaya dapat tetap hidup di tengah modernisasi. Dengan semangat dan kebersamaan, mereka berhasil menjaga tradisi menggunakan kayu bakar dalam memasak. Kebiasaan ini tidak hanya memberikan kenikmatan dalam memasak, tetapi juga memiliki manfaat ekonomi dan lingkungan. Semoga kisah ini dapat menginspirasi kita semua untuk terus menjaga dan melestarikan tradisi dan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita. (Renti)

Redaksi Kaba Kuok

View Comments

Recent Posts

Kuok III Koto: Semangat Membangun Nagari

Minggu pagi yang cerah bertempat Jorong Kuok III Koto, Nagari Matua Mudiak, Kecamatan Matur, Kabupaten…

14 jam ago

Pokémon: Petualangan di Dunia Tak Pernah Usai

Bagi kamu yang tumbuh besar pada era 90-an, nama Pokémon pastinya sudah tidak asing lagi.…

15 jam ago

Toy Story 2: Keharuan Sequel Legendaris

.kabakuok.com--Siapa sih yang nggak kenal dengan Woody, Buzz Lightyear, dan teman-temannya? Sebagai salah satu film…

15 jam ago

Shine Muscat Kandung Residu Pestisida

Bangkok-Malaysia-Padang. Anggur Shine Muscat, jenis anggur yang populer di kalangan pecinta buah dan kuliner, kini…

1 minggu ago

Para Pengangguran! Tunggulah Janda Kaya

Jakarta - Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Suswono, melontarkan guyonan kontroversial saat debat Pilkada pada…

1 minggu ago

Elit Minangkabau dalam Modernitas Kolonial

Telah terbit edisi terbaru Jurnal Ceteris Paribus Vol. 3 No. 2 (2024). Salah satu artikel…

1 minggu ago