Pak Majo adalah seorang petani ulet. Selain bekerja di sawah, beliau rajin juga mengurusi ladangnya. Selain bertani dan berkebun, beliau juga mencari kayu bakar untuk keperluan memasak. Eit, tapi jangan salah sangka kalau di Jorong kami belum ada orang pakai gas elpiji atau kompor gas ya. Kami di Jorong sudah menggunakan kompor gas elpiji. Namun kebutuhan akan kayu bakar juga masih tinggi, karena sudah kebiasaan sejak turun temurun kami memasak menggunakan kayu bakar.
Kata ibu-ibu di Jorong kami, memasak menggunakan kayu bakar justru akan membuat makanan lebih enak ketimbang pakai gas elpiji. Kalau nggak percaya, kalian coba deh! Pak Majo dalam mencari kayu bakar tak asal menebang tumbuhan yang ada di kebunnya. Beliau cenderung memilih kayu-kayu kering yang sudah mati, untuk kemudian dibawa pulang untuk jadi kayu bakar.
Seperti sore itu, Pak Majo meluangkan waktunya untuk pergi ke hutan kecil dekat Jorong kami untuk mencari kayu bakar. Berteman di sekelilingnya rumput dan tumbuhan segar menghijau, Pak Majo dengan tenang memilih dahan-dahan kayu mati yang telah jatuh dari pokok batangnya. Dengan tenang dia memisah mana yang dibawa nantinya.
Dengan parang yang telah diasah tajam, Pak Majo pun memotong batang-batang kayu kecil yang sudah mati agar mudah dibawa pulang. Pak Majo kemudian mengikat kayu-kayu itu dengan tali dari akar-akar pohon yang ada di sekitarnya. Cukup banyak juga hasilnya sore itu. Dengan senyum senang ia pun melangkah pulang, agar istrinya dapat memasak untuk makan malam nanti.
Kebiasaan menggunakan kayu bakar ini ternyata sudah menjadi tradisi di kalangan masyarakat Jorong Kuok III Koto. Mereka percaya, dengan memasak menggunakan kayu bakar, makanan yang dihasilkan akan lebih lezat dan memiliki aroma yang khas. Selain itu, kebiasaan ini juga menjadi salah satu cara untuk menjaga tradisi dan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Selain memberikan kenikmatan dalam memasak, penggunaan kayu bakar juga memiliki manfaat ekonomi dan lingkungan. Dengan memanfaatkan kayu-kayu kering yang sudah mati, masyarakat Jorong Kuok III Koto dapat mengurangi biaya untuk membeli gas elpiji. Selain itu, penggunaan kayu bakar juga membantu mengurangi limbah kayu yang ada di sekitar mereka.
Masyarakat Jorong Kuok III Koto memiliki harapan besar untuk masa depan. Mereka berharap, dengan terus menjaga tradisi menggunakan kayu bakar, mereka dapat melestarikan budaya dan warisan nenek moyang mereka. Selain itu, mereka juga berharap dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup mereka melalui kegiatan bertani dan berkebun.
Kisah Pak Majo dan masyarakat Jorong Kuok III Koto adalah contoh nyata bagaimana tradisi dan budaya dapat tetap hidup di tengah modernisasi. Dengan semangat dan kebersamaan, mereka berhasil menjaga tradisi menggunakan kayu bakar dalam memasak. Kebiasaan ini tidak hanya memberikan kenikmatan dalam memasak, tetapi juga memiliki manfaat ekonomi dan lingkungan. Semoga kisah ini dapat menginspirasi kita semua untuk terus menjaga dan melestarikan tradisi dan budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita. (Renti)
Minggu pagi yang cerah bertempat Jorong Kuok III Koto, Nagari Matua Mudiak, Kecamatan Matur, Kabupaten…
Bagi kamu yang tumbuh besar pada era 90-an, nama Pokémon pastinya sudah tidak asing lagi.…
.kabakuok.com--Siapa sih yang nggak kenal dengan Woody, Buzz Lightyear, dan teman-temannya? Sebagai salah satu film…
Bangkok-Malaysia-Padang. Anggur Shine Muscat, jenis anggur yang populer di kalangan pecinta buah dan kuliner, kini…
Jakarta - Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Suswono, melontarkan guyonan kontroversial saat debat Pilkada pada…
Telah terbit edisi terbaru Jurnal Ceteris Paribus Vol. 3 No. 2 (2024). Salah satu artikel…
View Comments