Di tengah gemuruh modernisasi, ada satu tradisi kuliner yang tetap bertahan di Jorong Kuok III Koto, Nagari Matua Mudiak, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Tradisi itu adalah membuat Goreng Tongkang, camilan khas yang terbuat dari singkong atau ubi kayu. Bagi masyarakat setempat, Goreng Tongkang bukan sekadar makanan, tetapi juga bagian dari budaya dan kebersamaan. Bagaimana kisahnya? Mari kita telusuri lebih dalam.

Singkong: Sumber Karbohidrat yang Kaya Manfaat

Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini kaya akan karbohidrat, sehingga sering dijadikan pengganti nasi di beberapa daerah. Selain memberikan efek kenyang, singkong juga mudah diolah menjadi berbagai macam makanan, seperti singkong rebus dan singkong goreng.

Goreng Tongkang: Camilan Khas Jorong Kuok III Koto
Bagi masyarakat Jorong Kuok III Koto, Goreng Tongkang adalah salah satu camilan khas yang sering dibuat sebagai pengganti cemilan. Goreng Tongkang adalah singkong yang telah direbus lalu digoreng. Makanan ini sering disajikan saat acara manyabik padi (panen padi) dan menanam padi, ditemani dengan minuman kawa yang nikmat.

Proses Pembuatan Goreng Tongkang
Jika kamu ingin mencoba membuat Goreng Tongkang di rumah, berikut adalah bahan-bahan yang perlu disiapkan:

  1. Ubi kayu besar
  2. 2 siung bawang putih
  3. 1 ruas kunyit
  4. Garam secukupnya
  5. Air secukupnya

Langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut:

  1. Sediakan ubi kayu yang telah dipanen
  2. Kupas ubi kayu dan potong-potong sesuai selera. Jangan terlalu besar agar mudah dimakan.
  3. Masukkan potongan ubi ke dalam air dan rebus hingga matang dan lembut.
  4. Setelah ubi matang, tambahkan kunyit, bawang putih, dan garam.
  5. Goreng ubi dalam minyak panas dengan api sedang hingga berwarna kuning keemasan.
  6. Goreng Tongkang siap dihidangkan! Mudah, bukan?

Kenikmatan Goreng Tongkang di Tengah Sawah

Bagi masyarakat Jorong Kuok III Koto, menikmati Goreng Tongkang di tengah sawah saat acara panen padi adalah kenikmatan tersendiri. Aroma wangi dari Goreng Tongkang yang baru digoreng, ditambah dengan hembusan angin sepoi-sepoi perbukitan, membuat suasana semakin nikmat. Goreng Tongkang bukan hanya sekadar camilan, tetapi juga bagian dari tradisi dan kebersamaan yang patut dilestarikan.

Sayangnya, dengan kemajuan teknologi, tradisi membuat Goreng Tongkang mulai jarang dilakukan. Mesin-mesin modern telah menggantikan banyak aspek kehidupan tradisional, termasuk cara memasak. Namun, nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini, seperti kebersamaan dan kerja sama, tetap relevan dan patut kita lestarikan. Mari kita jaga dan teruskan tradisi ini agar tidak hilang ditelan zaman. (Riri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *