Telah terbit edisi terbaru Jurnal Ceteris Paribus Vol. 3 No. 2 (2024). Salah satu artikel menarik yang Tuan dan Puan bisa baca adalah “The Religiosity of the Banyumasan Lengger Dance: Tradition, Transformation, and Contemporary Practices”, Kholid Mawardi (UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto), DOI: https://doi.org/10.25077/jcp.v3i2.33. Berikut dalam versi populer dari artikel jurnalnya:

Kalau bicara soal tarian tradisional dari Banyumas, pasti nggak jauh-jauh dari Lengger Banyumasan. Tarian ini bukan cuma dikenal karena gerakannya yang indah dan anggun, tapi juga karena nilai sejarah dan spiritualnya yang kental. Yuk, kita bahas lebih dalam tentang tarian yang sudah eksis sejak zaman dulu ini!

Sejarah dan Asal Usul Tarian Lengger

Tarian Lengger Banyumasan punya sejarah panjang yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam masuk ke Jawa. Awalnya, tarian ini jadi bagian dari ritual-ritual keagamaan masyarakat Banyumas. Waktu itu, orang-orang percaya bahwa tarian Lengger bisa membawa berkah, terutama dalam hal kesuburan dan kemakmuran. Jadi, jangan heran kalau dulunya tarian ini sering dibawakan di acara-acara besar yang berkaitan dengan panen atau ritual penghormatan terhadap Dewi Sri, dewi padi yang dipercaya menjaga kesuburan tanah.

Menariknya, meski sudah lama ada, tarian Lengger tetap bisa beradaptasi dengan perubahan zaman. Saat agama Islam mulai masuk dan berkembang di Jawa, Lengger Banyumasan nggak lantas hilang begitu saja. Sebaliknya, tarian ini justru bertransformasi dan menyesuaikan diri dengan budaya serta norma agama baru tanpa meninggalkan akarnya.

Gerakan dan Makna Religius

Apa sih yang bikin tarian Lengger beda dari tarian lainnya? Salah satu hal yang menonjol adalah gerakan anggun para penari wanitanya, yang dikenal dengan sebutan “Lengger”. Gerakannya lembut tapi penuh makna. Setiap gerakan tangan dan kaki para penari seolah membawa pesan spiritual dan religius.

Foto oleh Candra Adi Pratama: https://www.pexels.com/id-id/foto/perempuan-wanita-istri-kaum-hawa-11787164/

Tapi, ada satu hal yang mungkin nggak banyak orang tahu: penari Lengger dulunya banyak yang laki-laki. Mereka tampil mengenakan kostum perempuan dan menari dengan gerakan yang sangat feminin. Hal ini nggak hanya menunjukkan sisi artistik dari tarian ini, tapi juga bagaimana masyarakat Banyumas pada masa itu memiliki pandangan yang fleksibel tentang peran gender.

Dalam tradisi Banyumas, penari Lengger dipercaya memiliki hubungan spiritual dengan kekuatan-kekuatan gaib. Sebelum tampil, biasanya ada ritual khusus di tempat-tempat yang dianggap sakral. Tujuannya adalah meminta restu dari “indang” atau kekuatan supranatural agar penari bisa menampilkan tarian dengan baik. Ritual ini memperlihatkan bahwa Lengger bukan sekadar hiburan semata, tapi juga menjadi sarana spiritual yang menghubungkan penari dengan dunia yang tak kasat mata.

Dari Ritual ke Hiburan

Meski awalnya merupakan bagian dari ritual keagamaan, seiring berjalannya waktu, Lengger Banyumasan berubah menjadi salah satu bentuk hiburan rakyat. Tarian ini sering dibawakan di berbagai acara, mulai dari pesta pernikahan, festival budaya, sampai acara-acara resmi daerah. Meskipun fungsinya berubah, nilai-nilai spiritual dan kebudayaan yang terkandung dalam tarian ini tetap dipertahankan.

Transformasi Lengger dari tarian ritual menjadi tarian hiburan ini sebenarnya menunjukkan betapa dinamisnya budaya kita. Masyarakat Banyumas mampu menjaga tradisi mereka tetap hidup dengan menyesuaikannya pada perkembangan zaman tanpa kehilangan esensi aslinya.

Pentingnya Melestarikan Lengger Banyumasan

Di era modern seperti sekarang, tantangan untuk melestarikan tarian tradisional seperti Lengger tentu semakin besar. Banyak tarian tradisional yang sudah jarang dipentaskan karena generasi muda lebih tertarik pada hiburan modern. Tapi, kabar baiknya, ada banyak upaya yang dilakukan untuk menjaga agar tarian ini tetap eksis.

Misalnya, di berbagai sekolah dan sanggar seni di Banyumas, tarian Lengger masih diajarkan kepada anak-anak dan remaja. Selain itu, pemerintah daerah juga kerap mengadakan festival yang menampilkan tarian Lengger sebagai salah satu daya tarik utama. Hal ini tentu membantu memperkenalkan budaya lokal kepada generasi muda sekaligus menarik wisatawan untuk mengenal lebih dalam kebudayaan Banyumas.

Tidak bisa dipungkiri, dengan adanya kemajuan teknologi dan globalisasi, budaya lokal sering kali terancam tergeser oleh budaya pop dari luar. Tapi, justru di situlah pentingnya upaya pelestarian seperti yang dilakukan terhadap tarian Lengger. Lewat tarian ini, generasi sekarang bisa mengenal dan belajar tentang akar budaya mereka, sambil tetap menikmati keindahan seni yang kaya akan makna.

Lengger: Lebih dari Sekadar Tarian

Jadi, bisa dibilang tarian Lengger Banyumasan ini nggak cuma soal gerakan yang indah dan kostum yang menarik. Lebih dari itu, Lengger adalah cerminan dari kehidupan masyarakat Banyumas, dari bagaimana mereka menghargai kesuburan tanah, hingga bagaimana mereka menempatkan spiritualitas dalam setiap aspek kehidupan. Lengger mengajarkan kita untuk terus menjaga keseimbangan antara tradisi dan modernitas.

Di tengah arus globalisasi, melestarikan tarian tradisional seperti Lengger menjadi hal yang sangat penting. Bukan hanya untuk menjaga identitas budaya kita, tapi juga untuk menghormati warisan nenek moyang yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Jadi, lain kali kamu melihat tarian Lengger, ingatlah bahwa kamu sedang menyaksikan sepotong sejarah dan spiritualitas yang terjalin dalam gerakan anggun para penari.

How to Cite
Mawardi, K. (2024). The Religiosity of the Banyumasan Lengger Dance: Tradition, Transformation, and Contemporary Practices. Jurnal Ceteris Paribus, 3(2), 10–30. https://doi.org/10.25077/jcp.v3i2.33.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *