Redaksi/5/10/2024. Pada tanggal 5 Oktober 2024, Jorong Kuok III Koto menjadi tuan rumah kegiatan workshop pelestarian Kampia, sebuah upacara kriya tradisional yang kian tergerus oleh arus modernisasi. Acara ini diselenggarakan oleh tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) MNM dari LPPM Universitas Andalas, yang dipimpin oleh Dr. Wannofri Samry. Workshop ini diadakan dengan tujuan utama untuk melestarikan kriya Kampia, sebuah seni tradisional yang sangat penting bagi masyarakat Jorong Kuok III Koto.

Kegiatan ini dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dari Universitas Andalas, termasuk Dr. Israr, Yenny Narny, S.S., M.A., Ph.D., dan Alex Darwaman, S.S., M.A. Mereka bekerja sama dengan ketua Pokdarwis Kuok III Koto, Febri, serta masyarakat setempat, khususnya para pengrajin lokal. Dengan berfokus pada empat tantangan utama yang dihadapi masyarakat dalam melestarikan budaya lokal, yaitu pendidikan dan pelatihan, pemberdayaan pokdarwis, promosi wisata budaya, dan pelestarian sejarah lokal, acara ini menjadi sangat relevan di tengah derasnya pengaruh modernisasi dan globalisasi.

Dr. Wannofri Samry dalam penjelasannya pada kabakuok.com menyatakan, “Kegiatan ini menjadi penting di tengah gempuran ekonomi global. Upaya pelestarian seperti ini tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga berpotensi meningkatkan ekonomi lokal melalui kreativitas, inovasi, dan kolaborasi.”

Salah satu elemen utama yang dibahas dalam workshop ini adalah bagaimana potensi wisata budaya di Jorong Kuok III Koto, khususnya melalui upacara Kriya Kampia, dapat dikembangkan lebih lanjut. Kampia merupakan kerajinan anyaman tradisional yang memiliki nilai seni tinggi, baik dari segi estetika maupun sejarahnya. Seni kriya ini telah diwariskan secara turun-temurun, namun dengan arus globalisasi yang semakin kuat, keberadaannya mulai terancam.

Pemberdayaan Pengrajin Lokal

Febri, ketua Pokdarwis Kuok III Koto, menyambut baik kehadiran Tim PKM MNM Universitas Andalas di nagari mereka. Ia menyatakan bahwa program pelestarian kriya Kampia sudah berjalan selama beberapa tahun terakhir, namun tahun ini melibatkan pengrajin Kampia di Jorong mereka secara lebih intensif. Menurut Febri, pengrajin lokal telah merasakan dampak positif dari program ini, terutama dalam meningkatkan keterampilan mereka serta memperluas akses pasar untuk produk-produk kriya yang mereka hasilkan.

“Sebelumnya, pengrajin-pengrajin di sini hanya memproduksi Kampia untuk keperluan lokal, tetapi sekarang mereka mulai belajar tentang pemasaran dan pengemasan yang lebih menarik. Ini membuka peluang baru bagi mereka untuk menjual produk-produk mereka tidak hanya di pasar lokal, tetapi juga secara nasional, bahkan internasional,” tambah Febri.

Pendidikan dan Pelatihan: Fondasi Pelestarian Budaya

Dalam rangka menghadapi tantangan pendidikan dan pelatihan, Tim PKM MNM Universitas Andalas tidak hanya fokus pada peningkatan keterampilan pengrajin, tetapi juga berusaha untuk melibatkan generasi muda dalam proses pelestarian budaya ini. Dr. Israr menjelaskan, “Penting untuk melibatkan generasi muda dalam menjaga keberlanjutan kriya Kampia. Kami mengadakan beberapa sesi pelatihan yang mengajarkan mereka cara membuat anyaman Kampia, serta memberi wawasan tentang pentingnya melestarikan warisan budaya ini.”

Dengan melibatkan pelajar dari sekolah-sekolah di sekitar Jorong Kuok III Koto, Tim PKM MNM berharap kriya Kampia akan tetap hidup dan berkembang di masa depan. Selain pelatihan teknis, generasi muda juga diajarkan tentang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap anyaman Kampia, mulai dari filosofi hidup yang terkandung di dalamnya hingga simbol-simbol yang mewakili identitas masyarakat setempat.

Promosi Wisata Budaya: Potensi Ekonomi Lokal

Promosi wisata budaya menjadi salah satu agenda utama dalam workshop ini. Tim PKM MNM Universitas Andalas menyadari bahwa pelestarian kriya Kampia tidak akan efektif tanpa upaya yang kuat untuk mempromosikannya sebagai daya tarik wisata budaya. Yenny Narny, S.S., M.A., Ph.D., menjelaskan, “Kami ingin memperkenalkan Jorong Kuok III Koto sebagai destinasi wisata budaya yang unik, dengan Kampia sebagai salah satu daya tarik utamanya. Dengan demikian, kami tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat lokal.”

Salah satu strategi promosi yang dibahas dalam workshop ini adalah memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas jangkauan promosi. Penggunaan media sosial dan platform online lainnya diharapkan dapat menarik minat wisatawan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, untuk datang dan mengenal lebih dekat keindahan kriya Kampia dan keunikan budaya di Jorong Kuok III Koto.

Kolaborasi Kreatif untuk Pelestarian dan Pengembangan

Keberhasilan program ini tidak terlepas dari kolaborasi yang baik antara Universitas Andalas, Pokdarwis Kuok III Koto, dan masyarakat lokal. Kolaborasi ini menciptakan sinergi yang kuat dalam menghadapi tantangan modernisasi. Selain itu, pendekatan yang kreatif dan inovatif dalam mengembangkan potensi budaya lokal menjadi salah satu kunci keberhasilan program ini.

Alex Darwaman, S.S., M.A., salah satu anggota tim PKM, menyatakan, “Kami tidak bisa hanya berfokus pada aspek pelestarian saja. Program ini juga harus dapat memberdayakan masyarakat secara ekonomi. Oleh karena itu, pendekatan kreatif dan inovatif sangat diperlukan, baik dalam hal produksi Kampia, pemasaran, hingga pengelolaan pariwisata.”

Ia menambahkan bahwa dengan prinsip kolaboratif, semua pihak yang terlibat dapat berperan aktif dalam mengembangkan potensi yang ada. Kolaborasi ini tidak hanya melibatkan masyarakat dan universitas, tetapi juga pihak-pihak lain seperti pemerintah daerah, pelaku bisnis, dan lembaga-lembaga terkait.

Menjaga Identitas di Tengah Arus Globalisasi

Kegiatan workshop pelestarian Kampia ini menjadi simbol penting bagi masyarakat Jorong Kuok III Koto dalam menjaga identitas budaya mereka di tengah gempuran arus globalisasi. Seni kriya yang telah ada sejak ratusan tahun ini merupakan bagian integral dari identitas masyarakat setempat. Namun, seperti yang disampaikan oleh Dr. Wannofri Samry, modernisasi membawa tantangan yang tidak mudah.

“Tantangan terbesar adalah bagaimana kita bisa terus bertahan dengan identitas budaya kita tanpa kehilangan relevansi di era modern. Kita harus pintar-pintar beradaptasi, tetapi tetap menjaga akar budaya kita,” ujarnya.

Dengan semangat yang sama, masyarakat Jorong Kuok III Koto bersama dengan Universitas Andalas berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan secara berkelanjutan, agar Kampia dan warisan budaya lainnya tetap hidup dan berkembang di masa depan.

Workshop pelestarian Kampia di Jorong Kuok III Koto yang diselenggarakan oleh Tim PKM MNM Universitas Andalas menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara universitas dan masyarakat lokal dapat menghasilkan dampak yang signifikan dalam melestarikan warisan budaya. Di tengah tantangan modernisasi dan globalisasi, kegiatan ini tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat. Dengan prinsip kreatif, inovatif, dan kolaboratif, masa depan kriya Kampia terlihat lebih cerah, dan potensi wisata budaya di Jorong Kuok III Koto semakin menjanjikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *