Telah terbit edisi terbaru Jurnal Ceteris Paribus Vol. 3 No. 2 (2024). Salah satu artikel menarik yang Tuan dan Puan bisa baca adalah “Rusli Amran: Pioneer of Local History Research and His Contributions to the History of West Sumatra”, olehWindri Augfensi Putri FY (Universitas Andalas), dan Purwo Husodo (Universitas Andalas). DOI: https://doi.org/10.25077/jcp.v3i2.37 Berikut versi populernya.

Kisah Rusli Amran mungkin belum terlalu dikenal di kalangan anak muda, tetapi bagi mereka yang tertarik dengan sejarah Sumatra Barat, nama ini menyimpan pengaruh besar. Lahir di Padang, Sumatra Barat, pada 14 September 1922, Amran adalah sosok intelektual Minangkabau yang menorehkan kontribusi penting dalam bidang sejarah. Melalui karya-karyanya yang mendalam dan penuh nuansa, Amran memberikan perspektif segar tentang Sumatra Barat, khususnya di era kolonial.

Awal Perjalanan Rusli Amran

Kehidupan Amran penuh warna sejak usia dini. Orang tuanya bercerai saat ia masih kecil, menciptakan latar belakang yang kompleks dan penuh tantangan. Meski demikian, pendidikan selalu menjadi fokus utama dalam hidupnya. Amran mengenyam pendidikan di berbagai sekolah di Indonesia hingga universitas di luar negeri. Pengetahuannya yang luas ditambah kemampuan berbahasa asing (termasuk Inggris, Jerman, Belanda, Prancis, dan Ceko) memberinya modal besar untuk berkarier di bidang diplomasi dan jurnalisme.

Namun, ketertarikan Amran pada sejarah Minangkabau tak pernah pudar. Bahkan saat ia berkarier di luar negeri, ia terus menggali sejarah, terutama sejarah Minangkabau, dengan melakukan penelitian mendalam di berbagai museum dan perpustakaan Eropa, terutama di Belanda. Di sana, ia menemukan dokumen-dokumen penting yang membantunya merangkai cerita tentang masa lalu Sumatra Barat.

Kontribusi Besar dalam Bidang Sejarah

Meski bukan sejarawan akademis, Amran memiliki metode penelitian yang mendalam dan tajam. Ia menulis sejumlah buku penting yang merangkum sejarah Sumatra Barat, seperti “Sumatera Barat hingga Plakat Panjang”, “Padang Riwayatmu Dulu”, dan “Cerita-Cerita Lama dalam Lembar Sejarah”. Buku-buku ini tidak hanya menjadi acuan bagi sejarawan, tetapi juga bacaan yang menarik bagi pembaca awam.

Amran mengemas kisah sejarah dengan gaya yang mudah dipahami, membuat sejarah menjadi lebih hidup dan relevan bagi pembaca modern. Karya-karyanya juga membantu orang Minangkabau memahami akar budaya mereka dan pentingnya peran daerah mereka dalam sejarah Indonesia. Ia mengeksplorasi berbagai aspek sejarah, mulai dari masuknya VOC ke Padang, Perang Padri, hingga peristiwa-peristiwa penting lain yang mengubah wajah Sumatra Barat.

Perspektif Amran tentang Kolonialisme

Amran menyajikan sejarah Sumatra Barat dengan sudut pandang yang kritis terhadap kolonialisme Belanda. Dalam bukunya, ia menunjukkan bagaimana VOC berhasil mengadu domba antara masyarakat Minangkabau dan Aceh, mengakibatkan perpecahan yang berdampak panjang. Perjanjian Painan, misalnya, menjadi simbol kemenangan VOC yang berhasil meruntuhkan kekuatan Aceh dan Minangkabau di wilayah tersebut.

Di sisi lain, Amran juga menghargai tradisi dokumentasi yang kuat di Belanda. Ia sering menemukan dokumen penting di perpustakaan Belanda yang memuat informasi berharga untuk penelitiannya. Bagi Amran, meskipun kolonialisme Belanda membawa dampak negatif, dokumentasi mereka membantu generasi selanjutnya memahami dan mempelajari sejarah Indonesia.

VOC di Padang dan Perjuangan Masyarakat Lokal

VOC, yang dikenal dengan sifat monopolinya, mendirikan basis besar di Padang sebagai markas utama di Sumatra. Mereka mengendalikan perdagangan dan berusaha menindas perlawanan dari rakyat Minangkabau. Amran menulis tentang bagaimana rakyat Pauh dan Koto Tangah, dua wilayah di Padang, tidak pernah menyerah untuk menentang dominasi Belanda. Mereka bahkan menyerang dan membakar loji VOC beberapa kali sebagai bentuk perlawanan.

Di sini, Amran dengan cerdik menggambarkan kejadian-kejadian heroik yang penuh ironi. Ia menuliskan bagaimana VOC berusaha menutupi insiden pembakaran loji tersebut dengan alasan yang konyol, seperti mengkambinghitamkan seekor kucing yang disebut menggigit lampu dan menyebabkan kebakaran. Amran menyarankan agar tanggal 7 Agustus, saat loji VOC dibakar oleh rakyat, dijadikan sebagai hari jadi Kota Padang, untuk mengenang perlawanan rakyat lokal melawan kolonialisme.

Perang Padri dan Pemberontakan Batipuh

Salah satu peristiwa penting yang diangkat Amran dalam penelitiannya adalah Perang Padri. Perang ini merupakan konflik antara kaum adat yang mempertahankan tradisi lokal dan kaum Padri yang terinspirasi ajaran Islam. Menariknya, Amran menyebut istilah “Padri” berasal dari kata Portugis padre yang berarti “pendeta”. Ia melihat bahwa perang ini tidak hanya berdimensi agama tetapi juga menjadi perebutan kekuasaan yang akhirnya melibatkan Belanda.

Selain Perang Padri, Amran juga membahas pemberontakan Batipuh pada tahun 1841. Pemberontakan ini pecah akibat kebijakan Hindia Belanda yang tidak memenuhi janji kepada rakyat Minangkabau. Rakyat Batipuh yang sudah putus asa akhirnya meluapkan kemarahan mereka, menyerang semua yang dianggap sebagai kaki tangan Belanda. Pemberontakan ini menjadi simbol terakhir perjuangan rakyat setempat dalam mengusir Belanda dari daerah mereka.

Warisan dan Inspirasi Rusli Amran

Meskipun Amran wafat pada tahun 1996, warisan intelektualnya tetap hidup. Melalui karya-karyanya, ia membuka mata banyak orang untuk melihat Sumatra Barat sebagai bagian penting dari sejarah Indonesia. Amran juga membuktikan bahwa seseorang tidak harus menjadi akademisi untuk memberikan kontribusi besar dalam bidang sejarah. Sebagai seorang penulis dan peneliti independen, ia menunjukkan bahwa siapa pun bisa menggali sejarah dan memperkaya pengetahuan bangsa.

Amran juga berperan dalam membimbing generasi muda. Banyak cendekiawan muda yang terinspirasi oleh karyanya dan terus mempelajari sejarah Sumatra Barat. Dedikasinya dalam meneliti dan mengungkap sejarah membuat Amran layak dihormati sebagai seorang intelektual Minangkabau yang mengabdikan hidupnya untuk menyuarakan masa lalu yang terlupakan.

Penutup

Rusli Amran bukan sekadar sejarawan amatir; ia adalah penjaga memori kolektif Sumatra Barat. Melalui tulisan-tulisannya, ia memberikan pemahaman mendalam tentang sejarah kolonial di Indonesia dan menggali kekayaan budaya Minangkabau yang selama ini mungkin luput dari perhatian. Gaya menulisnya yang mudah dipahami membuat sejarah menjadi menarik dan relevan bagi generasi muda.

Amran adalah contoh nyata bagaimana kecintaan pada sejarah bisa menjadi jembatan untuk memahami identitas dan akar budaya kita sendiri. Bagi yang ingin mengenal lebih jauh sejarah Sumatra Barat, karya-karya Amran adalah tempat yang tepat untuk memulai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *